Pada tanggal yang belum lama ini, pemerintah Amerika Serikat mengambil langkah signifikan dengan memasukkan puluhan perusahaan teknologi asal China ke dalam daftar hitam ekspor. Tindakan ini dilakukan oleh Biro Industri dan Keamanan Departemen Perdagangan AS, yang menambahkan total 80 organisasi ke daftar tersebut, dengan mayoritas, yaitu lebih dari 50, berasal dari Tiongkok.
Menurut pernyataan resmi dari Departemen Perdagangan AS, alasan utama penargetan puluhan entitas China ini adalah dugaan keterlibatan mereka dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) canggih, superkomputer, serta chip AI berkinerja tinggi yang diperuntukkan bagi keperluan militer. Implikasi dari masuknya ke daftar hitam ini adalah larangan bagi perusahaan-perusahaan Amerika untuk memasok barang atau teknologi apa pun kepada entitas yang terdaftar tanpa izin khusus dari pemerintah AS.
Lebih lanjut, terungkap bahwa 27 entitas China dituduh memperoleh barang-barang yang berasal dari AS dengan tujuan mendukung modernisasi militer mereka. Selain itu, tujuh perusahaan lainnya diduga terlibat dalam memajukan kemampuan teknologi kuantum. Langkah ini semakin mempertegas kekhawatiran AS terhadap potensi penyalahgunaan teknologi oleh pihak militer Tiongkok.
Menanggapi tindakan tersebut, Kementerian Luar Negeri China menyatakan kecaman keras terhadap pembatasan ekspor ini. Mereka mendesak AS untuk menghentikan praktik menggeneralisasi keamanan nasional, yang mereka anggap sebagai alasan yang tidak tepat untuk membatasi perdagangan dan kerjasama teknologi.
Perluasan pembatasan ekspor ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing. Sebelumnya, pemerintahan Trump telah menaikkan tarif terhadap barang-barang impor dari China, yang semakin memperburuk hubungan kedua negara.
Dua perusahaan secara khusus dicekal karena diduga memasok barang atau teknologi kepada entitas yang telah dikenai sanksi, seperti Huawei dan afiliasi pembuat chip-nya, HiSilicon. Perusahaan-perusahaan ini masuk daftar hitam karena diduga bertindak bertentangan dengan kepentingan keamanan nasional dan kebijakan luar negeri AS.
Wakil Menteri Perdagangan AS, Jeffrey I. Kessler, menyatakan bahwa pemerintah AS akan terus meningkatkan operasi pelacakan dan penelusuran yang ditujukan pada penyelundupan semikonduktor canggih yang diproduksi oleh Nvidia dan Advanced Micro Devices. Hal ini menunjukkan fokus yang kuat pada pencegahan transfer teknologi sensitif ke pihak-pihak yang dianggap sebagai ancaman.
Alex Capri, seorang dosen senior di Universitas Nasional Singapura, menambahkan bahwa tindakan ini merupakan bagian dari jaring yang semakin luas yang ditujukan pada negara ketiga, titik transit, dan perantara yang mungkin digunakan untuk menghindari pembatasan ekspor. Kessler juga menegaskan bahwa tindakan ini mengirimkan pesan yang jelas dan tegas bahwa pemerintahan Trump akan mencegah teknologi AS disalahgunakan untuk komputasi kinerja tinggi, rudal hipersonik, pelatihan pesawat militer, dan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang dapat mengancam keamanan nasional.
Daftar entitas adalah salah satu dari banyak alat ampuh yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan mencekal musuh asing yang berusaha mengeksploitasi teknologi Amerika untuk tujuan jahat, pungkas Kessler, menekankan pentingnya daftar hitam sebagai alat untuk melindungi kepentingan nasional AS.
0 Komentar